Dakwah dalam Islam

Dakwah dalam Islam


 

DAKWAH DALAM ISLAM

Berikut merupakan kesimpulan materi yang berkaitan dengan Dakwah dalam Islam. 

1. Dakwah adalah menyeru, memanggil, mengajak, suatu yang baik dan benar, dilakukan melalui lisan, tulisan maupun perbuatan guna menyampaikan ajaran islam kepada umat islam. 

2. Dakwah juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut

·         Dakwah islamiah yang asli

·         Dakwah yang bersifat Rabbani

·         Dakwah yang membawa makna Islah

3.   Tujuan Dakwah dalam islam merupakan tujuan umum untuk membangun masyarakat yang lebih baik melalui pengetahuan yang mendalam dalam ajaran islam serta mengubah manusia kea rah yang lebih baik didunia dan di akhirat, sehingga dapat memecahkan masalah dalam kehidupan.

4.       Aspek Dakwah diantarnya

1.       Media dakwah

2.       Media fisik

3.       Mad’u

5.  Manajemen (perencanaan) adalah suatu proses pemikiran terhadap penentuan  pekerjaan yang akan dikerjakan untuk waktu kedepannya dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

6.  Proses perencanaan Dakwah terdiri dari :

1.       Perkiraan masa depan

2.       Perumusan sasaran dan tujuan

3.       Menyusun program

4.       Penjadwalan

5.       Penetapan prosedur

6.       penganggaran

Khutbah Jum'at - Generasi meninggalkan Shalat dan Mengikuti Syahwat

Khutbah Jum'at - Generasi meninggalkan Shalat dan Mengikuti Syahwat

 

Generasi meninggalkan Shalat & Mengikuti Syahwat

Oleh: H. Hartono Ahmad Jaiz

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.

أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.

Allah Ta’ala berfirman:

"Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi dari keturunan Adam, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memper-turutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun." (terjemah QS. Maryam: 58-60).

Ibnu Katsir menjelaskan, generasi yang adhoo’ush sholaat itu, kalau mereka sudah menyia-nyiakan sholat, maka pasti mereka lebih menyia-nyiakan kewajiban-kewajiban lainnya. Karena shalat itu adalah tiang agama dan pilarnya, dan sebaik-baik perbuatan hamba. Dan akan tambah lagi (keburukan mereka) dengan mengikuti syahwat dunia dan kelezatannya,, senang dengan kehidupan dan kenikmatan dunia. Maka mereka itu akan menemui kesesatan,, artinya kerugian di hari qiyamat.

Adapun maksud lafazh Adho’us sholaat ini, menurut Ibnu Katsir, ada beberapa pendapat. Ada orang-orang yang berpendapat bahwa adho'us sholaat itu meninggalkan sholat secara keseluruhan (tarkuhaa bilkulliyyah). Itu adalah pendapat yang dikatakan oleh Muhammad bin Ka’ab Al-Quradhi, Ibnu Zaid bin Aslam, As-Suddi, dan pendapat itulah yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Pendapat inilah yang menjadi pendapat sebagian orang salaf dan para imam seperti yang masyhur dari Imam Ahmad, dan satu pendapat dari As-Syafi’i sampai ke pengkafiran orang yang meninggalkan shalat (tarikus sholah) setelah ditegakkan, iqamatul hujjah (penjelasan dalil), berdasarkan Hadits:

بَيْنَ الْعَبْدِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ تَرْكُ الصَّلاَةِ (رواه مسلم في صحيحه برقم: 82 من حديث جابر).

(Perbedaan) antara hamba dan kemusyrikan itu adalah meninggalkan sholat.” (HR Muslim dalam kitab Shohihnya nomor 82 dari hadits Jabir).

Dan Hadits lainnya:

الْعَهْدُ الَّذِيْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلاَةُ، فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ. (رواه الترمذي رقم 2621 والنسائ 1/231 ،وقال الترمذي :هذا حديث حسن صحيح غريب).

Batas yang ada di antara kami dan mereka adalah sholat, maka barangsiapa meninggalkannya, sungguh-sungguh ia telah kafir.” (Hadits Riwayat At-Tirmidzi dalam Sunannya nomor 2621dan An-Nasaai dalam Sunannya 1/231, dan At-Tirmidzi berkata hadits ini hasan shohih ghorib).

Tafsir Ibnu Katsir, tahqiq Sami As-Salamah, juz 5 hal 243).

Penuturan dalam ayat Al-Quran ini membicarakan orang-orang saleh, terpilih, bahkan nabi-nabi dengan sikap patuhnya yang amat tinggi. Mereka bersujud dan menangis ketika dibacakan ayat-ayat Allah. Namun selanjutnya, disambung dengan ayat yang memberitakan sifat-sifat generasi pengganti yang jauh berbeda, bahkan berlawanan dari sifat-sifat kepatuhan yang tinggi itu, yakni sikap generasi penerus yang menyia-nyiakan shalat dan mengumbar hawa nafsu.

Betapa menghujamnya peringatan Allah dalam Al-Quran dengan cara menuturkan sejarah "keluarga pilihan" yang datang setelah mereka generasi manusia bobrok yang sangat merosot moralnya. Bobroknya akhlaq manusia dari keturunan orang yang disebut manusia pilihan, berarti merupakan tingkah yang keterlaluan. Bisa kita bayangkan dalam kehidupan ini. Kalau ada ulama besar, saleh dan benar-benar baik, lantas keturunannya tidak bisa menyamai kebesarannya dan tak mampu mewarisi keulamaannya, maka ucapan yang pas adalah:. "Sayang, kebesaran bapaknya tidak diwarisi anak-anaknya.” Itu baru masalah mutu keilmuan nya yang merosot. lantas, kata dan ucapan apa lagi yang bisa untuk menyayangkan bejat dan bobroknya generasi pengganti orang-orang suci dan saleh itu? Hanya ucapan “seribu kali sayang” yang mungkin bisa kita ucapkan.

Setelah kita bisa menyadari betapa tragisnya keadaan yang dituturkan Al-Quran itu, agaknya perlu juga kita bercermin di depan kaca. Melihat diri kita sendiri, dengan memperbandingkan apa yang dikisahkan Al-Quran.

Kisah ayat itu, tidak menyinggung-nyinggung orang-orang yang membangkang di saat hidupnya para Nabi pilihan Allah. Sedangkan jumlah orang yang membangkang tidak sedikit, bahkan melawan para Nabi dengan berbagai daya upaya. Ayat itu tidak menyebut orang-orang kafir, bukan berarti tidak ada orang-orang kafir. Namun dengan menyebut keluarga-keluarga pilihan itu justru merupakan pengkhususan yang lebih tajam. Di saat banyaknya orang kafir berkeliaran di bumi, saat itu ada orang-orang pilihan yang amat patuh kepada Allah. Tetapi, generasi taat ini diteruskan oleh generasi yang bobrok akhlaqnya. Ini yang jadi masalah besar.

Dalam kehidupan yang tertera dalam sejarah kita, Muslimin yang taat, di saat penjajah berkuasa, terjadi perampasan hak, kedhaliman merajalela dan sebagainya, ada tanam paksa dan sebagainya; mereka yang tetap teguh dan ta'at pada Allah itu adalah benar-benar orang pilihan. Kaum muslimin yang tetap menegakkan Islam di saat orientalis dan antek-antek penjajah menggunakan Islam sebagai sarana penjajahan, namun kaum muslimin itu tetap teguh mempertahankan Islam dan tanah airnya, tidak hanyut kepada iming-iming jabatan untuk ikut menjajah bangsanya, mereka benar-benar orang-orang pilihan.

Sekalipun tidak sama antara derajat kesalehan para Nabi yang dicontohkan dalam Al-Quran itu, dengan derajat ketaatan kaum Muslimin yang taat pada Allah di saat gencarnya penjajahan itu, namun alur peringatan ini telah mencakupnya. Dengan demikian, bisa kita fahami bahwa ayat itu mengingatkan, jangan sampai terjadi lagi apa yang telah terjadi di masa lampau. Yaitu generasi pengganti yang jelek, yang menyia-nyiakan shalat dan mengikuti hawa nafsunya.

Peringatan yang sebenarnya tajam ini perlu disebar luaskan, dihayati dan dipegang benar-benar, dengan penuh kesadaran, agar tidak terjadi tragedi yang telah menimpa kaum Bani Israel, yaitu generasi jelek, bobrok, meninggalkan shalat dan mengikuti syahwat.

Memberikan hak shalat

Untuk itu, kita harus mengkaji diri kita lagi. Sudahkan peringatan Allah itu kita sadari dan kita cari jalan keluarnya?

Mudah-mudahan sudah kita laksanakan. Tetapi, tentu saja bukan berarti telah selesai. Karena masalahnya harus selalu dipertahankan. Tanpa upaya mempertahankannya, kemungkinan akan lebih banyak desakan dan dorongan yang mengarah pada "adho'us sholat" (menyia-nyiakan atau meninggalkan shalat) wattaba'us syahawaat (dan mengikuti syahwat hawa nafsu).

Suatu misal, kasus nyata, bisa kita telusuri lewat pertanyaan-pertanyaan. Sudahkah kita berikan dan kita usahakan hak-hak para pekerja/ buruh, pekerja kecil, pembantu rumah tangga, penjaga rumah makan, penjaga toko dan sebagainya untuk diberi kebebasan mengerjakan shalat pada waktunya, terutama maghrib yang waktunya sempit? Berapa banyak pekerja kecil semacam itu yang terhimpit oleh peraturan majikan, tetapi kita umat Islam diam saja atau belum mampu menolong sesama muslim yang terhimpit itu?

Bahkan, dalam arena pendidikan formal, yang diseleng-garakan dengan tujuan membina manusia yang bertaqwa pun, sudahkah memberi kebebasan secara baik kepada murid dan guru untuk menjalankan shalat? Sudahkah diberi sarana secara memadai di kampus-kampus dan tempat-tempat pendidikan untuk menjalan-kan shalat? Dan sudahkah para murid itu diberi bimbingan secara memadai untuk mampu mendirikan shalat sesuai dengan yang diajarkan Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam ?

Kita perlu merenungkan dan menyadari peringatan Allah dalam ayat tersebut, tentang adanya generasi yang meninggalkan shalat dan menuruti syahwat.

Ayat-ayat Al-Quran yang telah memberi peringatan dengan tegas ini mestinya kita sambut pula dengan semangat menang-gulangi munculnya generasi sampah yang menyianyiakan shalat dan bahkan mengumbar syahwat. Dalam arti penjabaran dan pelaksanaan agama dengan amar ma'ruf nahi munkar secara konsekuen dan terus menerus, sehingga dalam hal beragama, kita akan mewariskan generasi yang benar-benar diharapkan, bukan generasi yang bobrok seperti yang telah diperingatkan dalam Al-Quran itu.

Fakir miskin, keluarga, dan mahasiswa

Dalam hubungan kemasyarakatan yang erat sekali hubungannya dengan ekonomi, terutama masalah kemiskinan, sudahkah kita memberi sumbangan sarung atau mukena/ rukuh kepada fakir miskin, agar mereka bisa tetap shalat di saat mukenanya yang satu-satunya basah ketika dicuci pada musim hujan?

Dalam urusan keluarga, sudahkah kita selalu menanya dan mengontrol anak-anak kita setiap waktu shalat, agar mereka tidak lalai?

Dalam urusan efektifitas da’wah, sudahkah kita menghidup-kan jama'ah di masjid-masjid kampus pendidikan Islam: IAIN (Institut Agama Islam Negeri) ataupun STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri) yang jelas-jelas mempelajari Islam itu, agar para alumninya ataupun mahasiswa yang masih belajar di sana tetap menegakkan shalat, dan tidak mengarah ke pemikiran sekuler yang nilainya sama juga dengan mengikuti syahwat?

Lebih penting lagi, sudahkah kita mengingatkan para pengurus masjid atau mushalla atau langgar untuk shalat ke masjid yang diurusinya? Bahkan sudahkah para pegawai yang kantor-kantor menjadi lingkungan masjid, kita ingatkan agar shalat berjamaah di Masjid yang menjadi tempat mereka bekerja, sehingga tidak tampak lagi sosok-sosok yang tetap bertahan di meja masing-masing --bahkan sambil merokok lagi-- saat adzan dikuman-dangkan?

Masih banyak lagi yang menjadi tanggung jawab kita untuk menanggulangi agar tidak terjadi generasi yang meninggalkan shalat yang disebut dalam ayat tadi.

Shalat, tali Islam yang terakhir

Peringatan yang ada di ayat tersebut masih ditambah dengan adanya penegasan dari Rasulullah, Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam

لَيَنْقُضَنَّ عُرَا اْلإِسْلاَمِ عُرْوَةً عُرْوَةً فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِيْ تَلِيْهَا وَأَوَّلُهُنَّ نَقْضًا الْحُكْمُ وَآخِرُهُنَّ الصَّلاَةُ. (رواه أحمد).

Tali-tali Islam pasti akan putus satu-persatu. Maka setiap kali putus satu tali (lalu) manusia (dengan sendirinya) bergantung dengan tali yang berikutnya. Dan tali Islam yang pertamakali putus adalah hukum(nya), sedang yang terakhir (putus) adalah shalat. (Hadits Riwayat Ahmad dari Abi Umamah menurut Adz – Dzahabir perawi Ahmad perawi).

Hadits Rasulullah itu lebih gamblang lagi, bahwa putusnya tali Islam yang terakhir adalah shalat. Selagi shalat itu masih ditegakkan oleh umat Islam, berarti masih ada tali dalam Islam itu. Sebaliknya kalau shalat sudah tidak ditegakkan, maka putuslah Islam keseluruhannya, karena shalat adalah tali yang terakhir dalam Islam. Maka tak mengherankan kalau Allah menyebut tingkah "adho'us sholah" (menyia-nyiakan/ meninggalkan shalat) dalam ayat tersebut diucapkan pada urutan lebih dulu dibanding "ittaba'us syahawaat" (menuruti syahwat), sekalipun tingkah menuruti syahwat itu sudah merupakan puncak kebejatan moral manusia. Dengan demikian, bisa kita fahami, betapa memuncaknya nilai jelek orang-orang yang meninggalkan shalat, karena puncak kebejatan moral berupa menuruti syahwat pun masih pada urutan belakang dibanding tingkah meninggalkan shalat.

Di mata manusia, bisa disadari betapa jahatnya orang yang mengumbar hawa nafsunya. Lantas, kalau Allah memberikan kriteria meninggalkan shalat itu lebih tinggi kejahatannya, berarti kerusakan yang amat parah. Apalagi kalau kedua-duanya, dilakukan meninggalkan shalat, dan menuruti syahwat, sudah bisa dipastikan betapa beratnya kerusakan.

Tiada perkataan yang lebih benar daripada perkataan Allah dan Rasul-Nya. Dalam hal ini Allah dan Rasul-Nya sangat mengecam orang yang meninggalkan shalat dan menuruti syahwat. Maka marilah kita jaga diri kita dan generasi keturunan kita dari kebinasaan yang jelas-jelas diperingatkan oleh Allah dan Rasul-Nya itu. Mudah-mudahan kita tidak termasuk mereka yang telah dan akan binasa akibat melakukan pelanggaran amat besar, yaitu meninggalkan shalat dan menuruti syahwat. Amien.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ.

Khutbah Kedua

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}

ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

SOLUSI PROBLEMATIKA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KONTEMPOLER

SOLUSI PROBLEMATIKA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KONTEMPOLER


 SOLUSI PROBLEMATIKA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KONTEMPOLER

 

MAKALAH

 

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Agama Islam

Dari dosen :Mohammad Romdhon. S. Ag

 

Disusun oleh :

Jenab

09512028

Mela Amelia

09512029

Irma Sri Rahayu

09512030

 

 

 

   

 

 

Kelas 3 C

 

 

 

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

 

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

GARUT

2012

 

 

KATA PENGANTAR

 

                                         Assalamualaikum wr. wb.

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Yang mana atas berkat dan rahmat-Nya lah kami bisa menyelesaikan tugas Seminar Agama Islam. Tidak lupa sholawat serta salam semoga selalu terlimpah kepada nabi besar Kita Muhammad SAW. 

Alhamdulilah, pada kesempatan kali ini kami bersama kelompok  dapat menyelesaikan tugas Seminar Agama Islam ini dengan baik dan tepat pada waktunya, meskipun isi dari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kami selaku penyusun ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1.      Alloh SWT yang telah melindungi kita dari segala halangan dan rintangan dalam penyusunan laporan ini.

2.      Orang tua kami yang telah banyak memberikan dukungan baik materi maupun non materi.

3. Bapak Mohammad Romdhon S. Ag. selaku dosen mata kuliah Seminar Agama Islam.

Kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar di kemudian hari kami bisa lebih baik lagi dalam membuat makalah ini. Kami berharap makalah ini bisa memberikan manfaat khususnya bagi kami umumnya bagi para pembaca.

 

   Wassalamu’alaikum wr.wb.

 

 

 

 

 

 

            Garut,    Maret 2012

 

 

                                                                                                Penyusun

                                                                DAFTAR ISI

 

Kata Pengantar................................................................................................... i

Daftar Isi .............................................................................................................  ii

 

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah ................................................................................

1.2  Rumusan Masalah ..........................................................................................

1.3  Tujuan Penulisan ............................................................................................

1.4  Metode Penyusunan .......................................................................................

1.5  Sistematika Penyusunan .................................................................................

 

BAB II PEMBAHASAN

2.1  Pengertian, problematika, dan solusi Pendidikan Agama islam kontempoler di lingkungkungan keluarga .........................................................................................................................

2.2  Pengertian, problematika, dan Solusi Pendidikan Agama islam Kontempoler di Sekolah

2.3  Pengertian, Problematika, dan Solusi Pendidikan Agama Islam Kontempoler di Masyarakat.

 

BAB III PENUTUP

3.1    Kesimpuan ....................................................................................................

3.2    Saran .............................................................................................................

 

Daftar Pustaka ...................................................................................................

 

 

 

 

 

 

 

BAB 1

PENDAHULUAN

 

        1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam perbincangan-perbincangan umum tentang islam, apalagi dalam pembahasan bidang-bidang khusus seperti pendidikan islam, Indonesia sangat di abaikan, walaupun negri ini negri muslim, yang paling bayak penduduknya. Hal ini di sebabkan karena adanya kesan umum bahwa indonesia adalah kawasan islam yang berada “di luar arus pemikiran intelektual”. Namun di masa-masa akhir ini telah terjadi kegiatan intelektual islam tingkat tinggi di Indonesia. Dan muncul kelompok progresif dan konservatip dalam islam di Indonesia, teteapi dalam tibanya masa kemerdekaan, mulailah tahap baru yang khusus, yang sangat di names di Indonesia, tidak hanya dalam lapangan politik, tetapi juga dalam pendidikan islam. Walaupun tidak ada karya yang menyeluruh ataupun sekedar memadai tentang sejarah pendidikan islam di Indonesia memang bagus dan informative, tapi bagaimana pun juga, beberapa tahun ini melaancarkan program ilmiah, tentang pendidikan islam di Indonesia, di mana kementrian pendidikan dan kementrian agama kedua-duanya terlibat, namun sedemikian jauh sedikit sekali yang di ketahui mengenai usaha ini di dunia luar. Dan Indonesia terpaksa memulai langkah baru dalam pendidikan islam jalur-jalur modern. Dan Perkembangan yang cukup signifikan pada paruh pertama abad XX adalah semakin meningkatnya intensitas perjuangan negara-negara Muslim Untuk melepaskan diri dari dominasi kolonial Barat. Perjuangan tersebut banyak membuahkan hasil, dengan dicapainya kemerdekaan di banyak negara Muslim. Namun dengan kemerdekaan yang dicapai tersebut, tidak berarti pula mereka telah lepas sama sekali, dari bayang-bayang dan dominasi Barat.

 

 

 

 

      1.2. Rumusan Masalah                                                    

 Untuk Memudahkan Penyusunan dalam makalah ini, penyusun merumuskan masalah yang akan dikedepankan yaitu :

1.       Apa pengertian, Problematika, dan solusi Pendidikan Agama Islam Kontempoler di lingkungan keluarga?

2.      Apa pengertian, Problematika,dan solusi Pendidikan Agama Islam Kontempoler di lingkungan Sekolah?

3. Apa pengertian, Problematika, dan solusi Pendidikan Agama Islam Kontempoler di lingkungan Masyarakat?

 

1.1  Tujuan Penulisan

Adapun Tujuan Penyusunan Makalah ini adalah

1.      Untuk Mengetahui pengertian, problematika, dan Solusi Problematika Pendidikan Agama Islam Kontempoler  dikeluarga.

2.      Untuk Mengetahui pengertian, problematika, dan Solusi Problematika Pendidikan Agama Islam Kontempoler di Sekolah

3.      Untuk Mengetahui pengertian, problematika dan Solusi Problematika Pendidikan Agama islam Kontempoler Masyarakat

 

1.2     Metode Penyusunan

Dalam Penyusunan Makalah ini penyusun menggunakan 2 metode yaitu :

1.      Kajian Pustaka, Mengambil referensi dari buku-buku yang relepan yang menyangkut dengan judul makalah tersebut

2.         Searching, Mengambil referensi dari internet.

1.3     Sistematika Penulisan

Penyusunan Makalah ini terdiri dari :

                      BAB 1 PENDAHULUAN

1.1   latar Belakang masalah

1.2     Rumusan Masalah

1.3   Tujuan Penulisan

1.4 Metode Penyusunan

1.5 Sistematika penulisan

BAB 2 PEMBAHASAN

     2.1 Pengertian, problematika dan Solusi Pendidikan agama islam kontempoler dikeluarga

2.2 Pengertian, problematika dan Solusi Pendidikan agama islam kontempoler disekolah

        2.3 pengertian, problematika, dan Solusi Pendidikan Agama Islam Kotempoler dimasyarakat

BAB 111 PENUTUP

                                    3.1 Kesimpulan

            3.2 Saran

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                

 

 

BAB II

                                      PEMBAHASAN

     2.1 Pengertian, problematika dan Solusi Pendidikan agama Islam  kontempoler dikeluarga

 2.1.1 Pengertian Problematika Islam kontempoler di Lingkungan Keluarga

      1.Pengertian Islam Kontempoler

          Menurut H. U. Sobandi Al-Gunturi (2010) Pengertian Pendidikan Islam Kontemporer adalah Sistem pendidikan yang berdasarkan nilai-nilai Islami bersumber pada Al-Qur’an, Al-sunnah dan hasil ijtihad pakar pendidikan Islam yang berorientasi kekinian selaras dengan kemajuan ilmu dan teknologi modern serta kebutuhan dan tuntutan masyarakat modern.

    Menurut Asrori S (2009)  “Pendidikan islam kontempoler selama beberapa abad terakhir, peradaban Islam seakan mengalami kemerosotan bahkan kemunduran akibat kurangnya pendidikan yang mencerdaskan”.

Menurut penulis Pendidikan kontempoler adalah potret  pendidikan islam yang terlihat sekarang  yang mempengaruhi tingkah laku saat ini, dangan melihat aturan-aturan yang bersumber pada ajaran-ajaran dan aturan-aturan islam. dan Sebagai bangsa yang dikenal religius, seharusnya keberagamaan mempunyai kontribusi untuk mengurangi kejahatan sosial di sekitar kita. Nyatanya, belum ada tanda-tanda demikian. Karena masyarakat modern sangat membutuhkan perubahan sesuai dangan perubahan jaman menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.

.

      2. Pendidikan dan keluarga

  Ahmad D Marimba (Dalam Nur Uhbiyati 1998:9) ‘Pendidikan adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran islam’

       Dari pendapat di atas maka saya dapat merumuskan bahwa apa yang di maksud dengan pendidikan adalah segala upaya atau proses pendidikan yang di lakukan untuk membimbing tingkah laku manusia baik individu maupun sosial,yang mempengaruhi tingkah laku seseorang sesuai dengan aturan-aturan islam’

       Menurut Anton M Meliono(1989: 413) “pengertian umum keluarga adalah satuan kekerabatan yang sangat mendasar di masyarakat, yang terdiri atas ibu, bapak, dan anak”,

       Sedangkan menurut Hasan Ayub (1994: 225) “keluarga ialah suatu kumpulan manusia dalam kelompok kecil yang terdiri dari atas suami, istri, dan anak-anak”

       Menurut Nur Uhbiyati(1998:73).”Keluarga adalah ikatan laki-laki dengan wanita berdasarkan hukum atau undang-undang perkawinan yang sah. Di dalam keluarga ini lahirlah anak-anak. Di sinilah terjadi interaksi pendidikan"

      Allah berfirman:

“Peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksaan api neraka…”(QS. At-Tahrim: 6)

 Rasulullah  saw  Bersabda yang Artinya:
“Dari Abu Huraerah radhiallahu anha, sesungguhnya Rasulullah saw, bersabda: “Tiada seorang anak pun dilahirkan, melainkan dilahirkan dalam atas dasar fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (Hadits Riwayat Bukhory).

  Menurut (Arfipin : 2003) “Arti pendidikan agama dalam lingkungan keluarga adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama islam, menuju kepada terbentuknya kepribadian utama. Menurut ajaran-ajaran islam yang berlangsung di lingkungan keluarga

          Menurut Penulis Pendidikan Agama di lingkungan keluarga adalah pemberian sejumlah pengetahuan kepada seorang anak, yang di terapkan di lingkungan keluarga, biasanya di terapkan dan di jalankan oleh orang tuanya,terutama ibunya, dia mengajarkan kepada anaknya kebiasaan-kebiasaan baik, sikap-sikap yang baik menurut ajaran islam, sehingga anak akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan contoh dan bimbingan keluarganya. Sekali lagi bahwa yang dimaksud dengan pendidikan agama Islam di lingkungan keluarga itu merupakan pemberian sejumlah pengetahuan keagamaan dengan berbagai teori keagamaan, akan lebih ditekankan pada praktek hidup sehari-hari di lingkungan keluarga itu dilandasi dengan ajaran agama, sehingga hasilnya pendidikan agama itu sendiri akan betul-betul melekat dalam pribadi anak. Dan Pendidikan di lingkungan keluarga ini merupakan pendidikan pertama dan utama. Di katakana demikian karena di lembaga inilah anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya. Di samping itu pendidikan di sini mempunyai pengaruh yang dalam terhadap kehidupan anak kemudian hari.

 

 

2.1.2  Problematika Pendidikan Kontemporer Agama Islam Dikeluarga

Problematika pendidikan kontempoler Agama islam di keluarga yaitu:

1.   Bagaimana cara mendidik anak-anak tentang Islam dan prinsip-prinsip dan tradisi keagamaan dalam ajaran islam

2.   Bagaimana peran dari pendidikan  Islam di rumah

3.Permasalahan pemilihan sekolah apakah anak-anak dimasukan di sebuah "sekolah Islam" atau di sekolah umum atau swasta?

4. Permasalahan Pengajaran moral dan akhlak mulia dalam lingkungan keluarga

5.Pengamanan tidak hanya iman Islam, tetapi juga budaya dan tradisi Islam.

         Perlu diingat bahwa pada diri anak itu terdapat kecenderungan-kecenderungan ke arah yang baik, akan tetapi dilengkapi dengan kecenderungan ke arah yang jahat. Maka tugas keluarga dalam hubungan ini adalah menghidup-suburkan kecenderungan ke arah yang baik. Dan menjinakan kecenderungan ke arah yang jahat. Suatu pengaruh pendidikan yang paling pundamental dan fungsional dalam pribadi, bilamana pengaruh tersebut ditanamkan dalam pribadi anak yang masih berada pada awal perkembangannya. Pengaruh tersebut akan menjadi benih utama yang dapat berpengaruh dalam perkembangannya lebih lanjut. Oleh karena itu benih-benih potensial yang mampu mendorong anak untuk mengembangkan pribadinya dalam alternatif pemilihan lapangan hidup manusia di masa dewasanya sesuai bakat   dan   kemampuan.

             Menurut penulis  Problatika pendidikan Agama islam kontempoler di keluarga saat ini adalah tak lepas dari bimbingan orang tua yang tak sepenuhnya membingbing seorang anak, sehingga dengan kesibukan dan mungkin dengan pribadi yang enggan mempelajari  agama, sehingga anak pun tumbuh dan berkembang menjadi seorang anak yang kurang mencerminkan pribadi yang kurang baik, Problematika seperti itu, akan mempengaruhi sikap seorang anak di lingkungan keluarga yang akan di bawanya kelingkungan masyarakat, seorang anak yang broken home akan bisa di bedakan dengan anak-anak yang di bimbing oleh orang tuanya. Kekurangan belaian kasih sayang orang tua menjadikan anak keras kepala, sulit di atur, mudah memberontak dan lain-lain, tetapi sebaliknya kasih sayang yang berlebihan menjadikan anak manja, penakut, tidak cepat untuk dapat hidup sendiri.

 

 2.1.3 Solusi Problematika Pendidikan Agama islam  Kontempoler di lingkungan keluarga

                 Menurut Fazlur Rahman (1985: 155) ’salasatu solusinya nyaitu dengan menerima pendidikan sekuler modern sebagaimana yang telah berkembang di barat dan mencoba untuk “mengislamkannya”nya, yakni mengisinya dangan konsep-konsep kunci tertentu dari islam’.

 

           Menurut penulis solusi problematika pendidikan agama islam kontempoler di lingkungan keluarga yaitu:

1.      Orang tua seharusnya memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anaknya,dan orang tua harus pandai dan tepat memberikan kasih sayang kepada anaknya jangan kurang dan jangan berlebihan.

 

2.      Kunci pendidikan dalam keluarga sebenarnya terletak pada pendidikan rohani dalam arti pendidikan kalbu. Karena pendidikan agamalah yang berperan besar dalam membentuk pandangan hidup seseorang.

3.      Solusi Pendidikan agama islam kontempoler di lingkungan keluarga nyaitu pendidikan islam harus di kembalikan kepada fitrahnya dengan tampa mengesampingkan dimensi-dimensi penting, dan harus di rancang sedemikian rupa supanya pendidikan di keluarga dapat mengembangkan potensi yang di miliki oleh seorang anak secara alami, dan kreatif dalam suasana kebebasan, kebersamaan, dan tanggung jawab.

4.      Kembangkan sejak dini pendidikan islam, dan biasakan mengenalkan kebiasaan baik sesuai dengan tuntunan Al-Quran, agar anak terbiasa dan menjadi pribadi yang shalih. Dan jika orang tua sibuk percayakan pada madrasah, atau percayakan pada guru pembimbing khusus.

5. lebih ditekankan adanya bimbingan yang terarah dan berkelanjutan dari orang-orang dewasa yang bertanggung jawab di lingkungan keluarga untuk membimbing anak dan berusaha menciptakan suasana kehidupan beragama di lingkungan keluarga.

 

2.2 pengertian, problematika, dan Solusi Problematika Pendidikan Agama Islam Kontempoler diSekolah

  2.2.1 Definisi Pendidikan di Lingkungan Sekolah

 

              1. Pendidikan dan Sekolah

Menurut M.J. Langeveld (1995) “Pendidikan Adalah usaha menolong anak untuk melaksanakan tugas-tugas hidupnya, agar bisa mandiri, akil-baliq, dan bertanggungjawab secara susila”.

Pendapat penulis, yang di maksud dengan pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Menurut Umar Tirtarahardja (2005: 172) “Sekolah adalah sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan”

Pendapat penulis, maka sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa atau(“murid") di bawah pengawasan guru.

Menurut Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Islam di sekolah adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar memahami ajaran Islam ( knowing ), terampil melakukan atau mempraktekkan ajaran Islam ( doing ), dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari- hari ( being ).

Pendapat penulis, bahwa Pendidikan Agama di Sekolah adalah Lembaga pendidikan yang melaksanakan pembinaan pendidikan dan pengajaran dengan sengaja, teratur dan terencana adalah Sekolah. Guru- guru yang melaksanakan tugas pembinaan, pendidikan dan pengajaran tersebut adalah orang- orang yang telah dibekali dengan pengetahuan tentang anak didik, dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas kependidikan.

2.2.2    Problematika Pendidikan Kontempoler Agam Islam di Sekolah

Menurut H. Abuddin Nata (2003) Lebih jauh dikemukakan  bahwa selanjutnya ada delapan masalah pokok system pendidikan agama di sekolah: (1) menurunnya moral dan akhlak peserta didik (2) pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pemerataan kualitas pendidikan (3) rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang dan jenis pendidikan; (4) masih rendahnya efisiensi internal system pendidikan nasional; (5) masih rendahnya efisiensi eksternal system pendidikan dan pelatihan; (6) Kelembagaan pendidikan dan pelatihan; (7) manajemen pendidikan yang tidak sejalan.

Pendapat penulis pokok permasalahan yang menjadi sumber utama problematika pendidikan agama di sekolah selama ini hanya dipandang melalui aspek kognitif atau nilai dalam bentuk angka saja, tidak dipandang bagaimana siswa didik mengamalkan dalam dunia nyata sehingga belajar agama sebatas menghafal dan mencatat. Hal ini mengakibatkan pelajaran agama menjadi pelajaran teoritis bukan pengamalan atau penghayatan terhadap nilai agama itu sendiri.

2.2.3        Solusi Problematika Pendidikan Agama Islam di Sekolah

Menurut H. Abuddin Nata, M.A. (2003: 23-31) solusi problematika pendidikan agama islam di sekolah yaitu :

1.      Dengan merubah orientasi dan focus pengajaran agama yang semula bersifat subject matter oriented, yakni dari yang semula berpusat pada pemberian pengetahuan agama dalam arti memahami dan menghafal ajaran agama sesuai kurikulum, menjadi pengajaran agama yang berorientasi pada pengalaman dan pembentuk sikap keagamaan melalui pembiasaan hidup sesuai dengan agama.

2.      Dengan cara menambah jam pelajaran agama yang diberikan diluar jam pelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum. kegiatan ekstra kurikulum perlu ditambah dan dirancang sesuai dengan kebutuhan dengan penekanan utamanya pada pengalaman agama dalam kehidupan sehari- hari.

3.      Dengan cara meningkatkan perhatian, kasih saying, bimbingan dan pengawasan yang diberikan oleh kedua orang tua dirumah. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa anak- anak yang sedang tumbuh dewasa dan belum membentuk sikap keagamaannya sangat memerlukan bantuan dari kedua orang tua.

4.      Dengan cara melaksanakan tradisi ke-islaman yang didasarkan pada Al-Quran dan Al-Sunnah yang disertai dengan penghayatan akan makna dan pesan moral yang terkandung didalamnya.

 

Pendapat penulis, Perlunya kesadaran siswa didik sebagai khalifatullahfil‘ardh akan membangun semangat bahwa agama tidak sebatas ritual saja. Akan tetapi, akan membangun toleransi, menjunjung kebenaran, dan keadilan. Dengan hal ini, agama berfungsi sebagai media penyadaran. Adapun kekurangan jam pelajaran agama disekolah dapat diatasi dengan menawarkan para siswa dalam kegiatan “ Ekstra Kurikuler “ anatara lain dengan kegiatan shalat berjama’ah, pendalaman agama melalui pesantren kilat, qiyamul lail (melaksanakan ibadah shalat dan amaliah keagamaan lainnya diwaktu malam), memberikan santunan kepada fakir miskin, dan kegiatan sosial keagamaan lainnya.

 

2.3      Pengertian, Problematika, dan solusi pendidikan Agama islam Kontempoler di Masyarakat

2.3.1 Pengertian Problematika Pendidikan Agama Islam Kontempoler di   Masyarakat

    1. Pengertian problematika

Problematika adalah akar dari kata bahasa inggris “problem” yang artinya, soal, masalah atau teka teki juga berarti problematic yaitu ketidaktentuan.

Pendidikan adalah suatu usaha sadar dalam rangka menanamkan daya-daya kemampuan, baik yang berhubungan dengan pengalaman kognitif (daya pengetahuan), afektif (aspek sikap) maupun psikomotorik (aspek keterampilan) yang didmiliki oleh seorang individu. problematika pendidkan adalah persoalan-persoalan atau permasalahan-permasalahan yang di hadapi oleh dunia pendidikan. Persoalan-persoalan pendidikan tersebut

2.Pengertian Pendidikan

 Menurut Burlian Somad secara garis besar meliputi hal sebagai berikut adanya ketidak jelasan tujuan pendidikan, ketidak serasian kurikulum, ketiadaan tenaga pendidik yang tepat dan cakap, adanya pengukuran yang salah ukur serta terjadi kekaburan terhadap landasan tingkat-tingkat pendidikan.

3. Pengertian masyarakat

       Masyarakat adalah sekumpulan orang yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya yang terdiri lebih dari satu kelompok atau golongan yang saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lainnya.

4. Pengertian Pendidikan Islam

Ada beberapa pendapat tentang pengertian Pendidikan islam diantaranya:

1.    Menurut al-Syaibaniy mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktifitas asasi dan profesi diantara sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat.

2.    Menurut Muhammad Fadhil al-Jamaly, mendefinisikan pendidikan Islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia. Dengan proses tersebut, diharapkan bisa membentuk pribadi peserta didik yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan, maupun perbuatannya.

3.    Ahmad Tafsir mendefinisikan Pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang, agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.

Menurut Penulis pendidikan Islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam. Melalui pendekatan ini, ia akan dapat dengan mudah membentuk kehidupan dirinya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yang diyakininya.Sesuai dengan aturan Al-Qur’an dan as-sunnah yang diharapkan dapat membimbing perilaku seseorang menuj kepada kepribadian yang sholeh dan sholehah dan mampu menjadi seorang musim yang hakiki. Dan Konsep dasar pendidikan islam yakni usaha, kemanusiaan, perkembangan, proses, bimbingan oleh manusia secara sadar.

 

2.3.2 Problematika Pendidikan islam di Masyarakat

              Menurut Fazlur Rahman (1985:150) “Problematika pendidikan islam di masyarakat yaitu tek lepas dari perbincangan-perbincangan umum tentang slam, apalagi dalampembahasan bidang-bidang khusus seperti hukum dan pendidikan islam Indonesia sangat diabaikan, walaupun negeri ini negeri muslim yang paling banyak penduduknya”.

Menurut mastuhu (2003) problematika pendidikan islam di masyarakat, Indonesia merupakan negara yang mayoritas Islam. Akan tetapi dalam hal pendidikan, pendidikan islam tidak menjadi mayoritas dalam kedudukan pendidikan nasional. Sudah menjadi rahasia public bahwa pendidikan Islam di pandang selalu berada pada posisi deretan kedua atau posisi marginal dalam system pendidikan nasional. Padahal, pendidikan apa pun itu, Baik pendidikan nasional ataupun pendidikan Islam, pada hakekat nya pendidikan adalah mengembangkan  harkat dan martabat manusia, memanusiakan manusia agar benar-benar mampu  menjadi  khalifah.

 

Ini mengindikasikan bahwa pendidikan islam di Indonesia masih dibalut sejumlah problematika. Suatu Permasalahan dapat muncul dari elemen-elemen intern maupun ektern yang ada di sekitar badan itu sendiri. Begitu juga dalam pendidikan, bahwa problem-problem itu berakar dari penyebab eksternal dan penyebab internal (Subliyanto: 2010). Problem internal hingga ekternal pun hadir di tengah-tengah pendidikan Islam. Mulai dari permasalahan internal dalam hal managemen hingga persoalan ekternal seperti politik dan ekonomi menambah sederet daftar problem yang mestinya ditindak lanjuti.

1.    Faktor Internal

Yang dimaksud dengan factor internal ialah hal-hal yang berasal dari dalam madrasah.

Adapun faktor-faktor internal dalam pendidikan Islam,yaitu :

a.    Manajemen pendidikan Islam yang terletak pada ketidak jelasan tujuan yang hendak di capai, ketidak serasian kurikulum terhadap kebutuhan masyarakat, kurangnya tenaga pendidik yang berkualitas dan profesional, terjadinya salah pengukuran terhadap hasil pendidikan serta masih belum jelasnya landasan yang di pergunakan untuk menetapkan jenjang-jenjang tingkat pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga keperguruan tinggi. (Abidin : 2010)

Menurut Moh Raqib bahwa  problem mutu lulusan lembaga pendidikan islam selama ini adalah alumni yang bisa dibilang tidak atau kurang kreatif. Indikasi hal tersebut tampak pada alumni yang relative banyak tidak mendapat lapangan kerja dan lebih mengandalkan untuk menjadi PNS sementara lowongan kerja untuk PNS sangat terbatas. Ini menunjukkan rendahnya kreatifitas untuk menciptakan lowongan kerja sendiri. (Raqib: 89).

Tentunya fenomena ketidak kreatifan peserta didik tentu saja tidak lepas dari system pendidikan dan pembelajaran yang ada di lembaga pendidikan yang memenag sering kali tidak menekankan peserta didik untuk bersikap kreatif. Padahal menegemen siswa yang meliputi pengolahan siswa menjadi output yang menarik itu penting. Hal ini menunjukkan bahwa menegemen pendidikan dalam lembaga pendidikan islam pada umumnya belum mampu menyelenggarakan pembelajaran dan pengelolaan pendidikan yang efektif dan berkualitas.

b.    Kompensasi profesional guru yang masih sangat rendah. Para guru yang merupakan unsur terpenting dalam kegiatan belajar mengajar, umumnya lemah dalam penguasaan materi bidang studi, terutama menyangkut bidang studi umum, ketrampilan mengajar, manajemen keles, dan motivasi mengajar. Para guru seharusnya mempunyai kompetensi padagogik , kepribadian, profesional, dan sosial. (Qurroti : Scirbd.com ).  Faktanya tak jarang ditemui guru mengeluhkan nasibnya yang buruk, guru tidak berkompeten untuk melakukan pengarahan; dan guru yang merasa bahwa tugasnya hanya mengajar.

c.    SDM yang kurang

·      Pemimpin sekolah yang lemah dalam komunikasi dan negosiasi. Pimpinan pendidikan Islam bukan hanya sering kurang memiliki kemampuan dalam membangun komunikasi internal dengan para guru, melainkan juga lemah dalam komunikasi dengan masyarakat, orang tua, dan pengguna pendidikan untuk kepentingan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas.

2.      Faktor Eksternal

Faktor berasal dari luar madrasah, tetapi berpengaruh terhadap perkembangan dan dinamika madrasah.

Adapun faktor-faktor eksternal yang dihadapi pendidikan Islam, meliputi :

a.       Adanya perlakuan diskriminatif pemerintah terhadap pendidikan Islam.

b.      Alokasi dana yang diberikan pemerintah sangat jauh perbedaannya dengan pendidikan yang berada di lingkungan Diknas. Terlepas itu semua, apakah itu urusan Depag atau Depdiknas, mestinya alokasi anggaran negara pada pendidikan Islam tidak terjadi kesenjangan, Padahal pendidikan Islam juga bermisi untuk mencerdaskan bangsa, sebagaimana juga misi yang diemban oleh pendidikan umum. kebijakan pemerintah yang kurang memerhatikan maksimal terkait dengan penyelenggaraan pendidikan Islam.Walau diakui ada kemajuan tapi masih jauh dari harapan rakyat Indonesia yang mayoritas berpenduduknya beragama Islam.

c.       Secara sociocultural politis pendidikan Islam berlangsung semenjak masuknya Islam di persada Nusantara. Sejak lama masyarakat menumbuh-kembangkan pendidikan Islam baik di mesijid maupun pesantren dengan cara bergotong royong. Kemandirian Paradigma masyarakat terhadap lembaga pendidikan islam masih sebelah mata. Lembaga pendidikan Islam  merupakan alternatif terakhir setelah tidak dapat diterima di lembaga pendidikan di lingkungan Diknas, itulah yang sering kita temui di sebagian masyarakat kita. Pandangan masyarakat yang demikian menjadi indicator rendahnya kepercayaan mereka terhadap lemabga pendidikan islam.

 

2.1. Solusi problematika pendidikan islam kontemporer di masyarakat

    Solusi problematika pendidikan islam konpemporer di masyarakat diantaranya:

1.     Meningkatkan Kehidupan beragama, agar perkembangan pribadi manusia sesuai dengan norma islam

2.    Meningkatkan Kehidupan sosial, agar dapat berkembang menjadi sistem bebas dari penghisapan manusia lain

3.    Meningkatkan Kehidupan politik, agar tercipta sistem demokrasi yang sehat dan dinamis sesuai dengan islam

4.    Melestarikan Budaya, agar menjadi manusia penuh keindahan dan kegairahan dengan nilai norma

5.    Meningkatkan Ekonomi, terbina masyarakat yang adil dna makmur dengna ridha Allah SWT

6.    Meningkatkan Pengetahuan, yang bertujuan agar berkembang menjadi alat untuk menapai kesejahteraan umat manusia yang dikendalikan oleh iman.

 

         Menurut penulis solusi dari problematika pendidikan islam kontemporer di masyarakat. Masyarakat diharapkan tidak hanya menjadi pihak yang menuntut pendidikan yang bermutu, tetapi juga berperan serta memberikan masukan pikiran, tenaga dan biaya bagi kemampuan pendidikan. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu dengan uang, material atau barang, solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan, antara lain: sistem ekonomi, sistem politik, sistem sosial, ideologi, dan lainnya.tidak  Dan masyarakat diharapkan tidak terbawa oleh pergaulan-pergaulan yang berada di luar yang negatif dengan memperkuat aqidah pada diri kita dan dapat menjadi masyarakt yang taat pada aturan islam.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                             BAB 111

                          PENUTUP

3.1     Kesimpulan

1.   Pendidikan Agama islam kontempoler di lingkungan keluarga adalah Pemberian pendidikan yang di lakukan oleh orang tua berdasarkan nilai-nilai Islami bersumber pada Al-Qur’an, Al-sunnah dan hasil ijtihad pakar pendidikan Islam yang berorientasi kekinian selaras dengan kemajuan ilmu dan teknologi modern serta kebutuhan dan tuntutan masyarakat saat ini. Ploblematika Pendidikan agama islam di keluarga adalah kurangnya bimbingan orang tua, dan kesalahan mendidiknya, sehingga orang tua memberi kebebasan sehingga anak terjatuh pada jurang kemaksiatan.Solusinya yaitu, orang tua seharusnya memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anaknya,dan orang tua harus pandai dan tepat memberikan kasih sayang kepada anaknya jangan kurang dan jangan berlebihan.

2.  Pendidikan Agama Islam di sekolah adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar memahami ajaran Islam , terampil melakukan atau mempraktekkan ajaran Islam, dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Problematika pendidikan agama secara umum hanya mengedepankan aspek   kognitif atau hasil pencapaian akhir terhadap suatu mata pelajaran. Solusi problematika disekolah dengan cara menambah jam pelajaran agama yang diberikan diluar jam pelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

3. Masyarakat adalah sekumpulan orang yang saling berinterksi satu dengan yang lainnya yang terdiri lebih dari satu kelompok atau golongan yang saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lainnya.

Problematika pendidikan Islam dibedakan menjadi 2 sumber internal dan eksternal. Sumber internal yang berasal dari dalam madrasah meliputi manajemen madrasah, SDM yang kurang, dll. Sedangkan pada eksternal yang berasal dari luar meliputi kebijakan pemerintah yang dikotomik dan paradigma yang negatif oleh masyarakat terhadap madrasah. Solusi pendidikan islam kontemporer di  masyarakat diharapkan tidak terbawa oleh pergaulan-pergaulan yang berada di luar yang negatif dengan memperkuat aqidah pada diri kita dan dapat menjadi masyarakt yang taat pada aturan islam.

 

3.2 Saran

Dari masalah masalah yang terjadi di lingkungan Keluarga, sekolah, dan Masyarakat seharusnya kita lebih meningkatkan dan menegakan aqidah kita, dan lebih meningkatkan keimanan kita terhadap Allah SWT, kerena jika kita berpegang teguh kepada ajaran agama islam, maka tak akan problematika-problematika yang terjadi di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                       DAFTAR PUSTAKA

 

 Al-Qur’an

Al-Hadits

Uhbiyati, Nur. (1998). Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka   Setia

     Hakim, Atang ABD dan Mubarak, Jaih. (2000). Metodologi Study   Islam. Bandung: PT Remaja Posda Karya

 Rahman, Fathur.(1985). Islam dan Modernitas, Bandung: Pustaka

www.mambaussholihin.com

http://smait.nurhidayahsolo.com/index.php/component/content/article/70-karya-siswa/83-makalah-problematika-pendidikan-agama-islam-di-kelurga

http://smait.nurhidayahsolo.com/index.php/component/content/article/70-karya-siswa/83-makalah-problematika-pendidikan-agama-islam-di-sekolah