DAKWAH DALAM ISLAM
3.1. Kesimpulan
1.
Dakwah adalah menyeru, memanggil, mengajak, suatu yang
baik dan benar, dilakukan melalui lisan, tulisan maupun perbuatan guna
menyampaikan ajaran islam kepada umat islam.
2.
Dakwah juga memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
·
Dakwah islamiah yang asli
·
Dakwah yang bersifat Rabbani
·
Dakwah yang membawa makna Islah
3.
Tujuan Dakwah dalam islam merupakan tujuan
umum untuk membangun masyarakat yang lebih baik melalui pengetahuan yang
mendalam dalam ajaran islam serta mengubah manusia kea rah yang lebih baik
didunia dan di akhirat, sehingga dapat memecahkan masalah dalam kehidupan.
4.
Aspek Dakwah diantarnya
1.
Media dakwah
2.
Media fisik
3.
Mad’u
5.
Manajemen (perencanaan) adalah suatu
proses pemikiran terhadap penentuan
pekerjaan yang akan dikerjakan untuk waktu kedepannya dalam pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan
6.
Proses perencanaan Dakwah terdiri dari :
1.
Perkiraan masa depan
2.
Perumusan sasaran dan tujuan
3.
Menyusun program
4.
Penjadwalan
5.
Penetapan prosedur
6.
penganggaran
KEPEMIMPINAN
2.1.
PENGERTIAN
PEMERINTAHAN ISLAM
1.1.
Kesimpulan
Pemerintahan
Islam adalah sebuah sistem pemerintahan yang unik dan khas serta tidak bisa
disamakan atau diidentikkan dengan semua jenis sistem pemerintahan yang
diciptakan manusia di muka bumu ini karena pada hakikatnya pemerintahan Islam
adalah sebuah sistem pemerintahan yang diturunkan oleh Allah. Sedangkan sistem
pemerintahan yang selama ini kita kenal merupakan sistem pemerintahan yang
dirumuskan berdasarkan kemampuan manusia yang tidak pernah terlepas dari
kelemahan, kekurangan, serta ambisi - ambisi terselubung.
Fungsi
pemerintahan islam, yaitu menenegakkan perintah Allah atau dengan kata lain
menegakkan islam sendiri dimana Al-Qur’an telah menugaskan kepada pemerintahan
islam supaya memusnahkan syirik dan menguatkan islam, mendirikan sembahyang dan
mengeluarkan zakat, menyuruh untuk beramal ma’ruf dan mencegah untuk berbuat
munkar, mengurus kepentingan-kepentingan manusia yang diatur dalam batas-batas
hukum Allah.
Tujuan
pemerintahan Islam, yaitu:
1. Untuk
melaksanakan ketentuan agama sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya
dengan ikhlas serta patut dan untuk menghidupkan sunnah serta memerangi
bid’ah, agar seluruh manusia dapat melakukan ketaatan kepada Allah swt.
Dan
2. Memeperhatikan
dan mengurus persoalan-persoalan duniawi, misalnya menghimpun dana dari
sumber-sumber yang sah dan menyalurkannya kepada yang berhak, mencegah
timbulnya kedzaliman dan lainnya.
Prinsip Pemerintahan Islam, yaitu :
a.
Prinsip Tauhid
b. Prinsip syura
c.
Prinsip keadilan
d. Prinsip Kebebasan.
e.
Prinsip persamaan.
f.
Hak Menghisab Pihak
Pemerintah
Syarat
kepemimpinan dalam islam, yaitu :
a.
Adil yang mencakup segala aspeknya
b.
Memiliki ilmu pengetahuan
c.
Memiliki pandangan yang luas dan kebijaksanaan
d.
Sehat panca indranya
e.
Sehat anggota badan
f.
Berani
g.
Mempunyai visi dan misi yang jelas.
h.
Sifat rendah hati
i.
Sifat terbuka untuk dikritik
j.
Sifat jujur dan memegang amanahSifat berlaku adil
k.
Komitmen dalam perjuangan
l.
Bersikap demokratis
m. Berbakti dan mengabdi
kepada Allah.
Karakteristik Pemerintahan Islam
diantaranya :
a.
Bersifat Komperhensif
b. Bersifat Luas
c.
Bersifat praktis
d. Bersifat manusiawi.
Kerangka
Pokok Pemerintahan Islam
i.
Tanggung Jawab Pemerintah
ii.
Kesatuan Ummat
iii.
Menghargai Aspirasi Rakyat
Perbedaan Pemerintahan
Islam dengan pemerintahan zaman sekarang :
1. Pemerintahan Islam Bukan
Monarchi
Sistem pemerintahan Islam tidak
mengenal sistem waris. Namun, pemerintahan akan dipegang oleh orang yang
dibai'at oleh umat dengan penuh ridla dan bebas memilih.
2. Pemerintahan Islam Bukan
Republik
Sistem Republik berdiri di atas pilar
sistem demokrasi, yang kedaulatannya jelas di tangan rakyat. Sementara sistem
pemerintahan Islam berdiri di atas pilar akidah Islam, serta hukum-hukum
syara'. Dimana kedaulatannya di tangan syara', bukan di tangan umat. Karena
yang berhak membuat aturan adalah Allah SWT. semata.
3. Pemerintahan Islam Bukan
Kekaisaran
Sistem pemerintahan Islam dalam
bidang pemerintahan adalah menganggap sama antara rakyat yang satu dengan
rakyat yang lain dalam wilayah-wilayah negara. Islam juga telah menolak
ikatan-ikatan kesukuan (ras).
4. Pemerintahan Islam Bukan
Federasi
Sistem pemerintahan Islam juga bukan sistem
federasi, yang membagi wilayah-wilayahnya dalam otonominya sendiri-sendiri, dan
bersatu dalam pemerintahan secara umum. Tetapi sistem pemerintahan Islam adalah
sistem kesatuan.
KONSEP DASAR EKONOMI ISLAM
BAB
III PENUTUP
3.1
Simpulan
1.
Ekonomi Islam merupakan ilmu yang
mempelajari perilaku ekonomi manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan
agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman
dan rukun Islam.
2.
Asas
Ekonomi Islam yakni:
·
Asas Pertama : Kepemilikan (Al-Milkiyyah)
·
Asas Kedua : Pengelolaan Kepemilikan
(at-tasharruf fi al milkiyah)
·
Asas Ketiga : Distribusi Kekayaan di
Tengah-tengah Manusia
Tujuan
Ekonomi Islam yakni:
1)
Penyucian jiwa agar setiap muslim bisa
menjadi sumber kebaikan
bagi masyarakat dan lingkungannya.
2)
Tegaknya keadilan dalam masyarakat.
Keadilan yang dimaksud mencakup aspek kehidupan di bidang hukum dan muamalah.
3)
Tercapainya maslahah
(merupakan puncaknya). Para ulama menyepakati bahwa maslahah yang menjadi puncak sasaran di atas
mencaku p lima jaminan dasar:
§ keselamatan
keyakinan agama ( al din)
§ kesalamatan
jiwa (al nafs)
§ keselamatan
akal (al aql)
§ keselamatan
keluarga dan keturunan (al nasl)
§ keselamatan
harta benda (al malnomi)
3.
Prinsip Ekonomi dalam Islam merupakan kaidah-kaidah
pokok yang membangun struktur atau kerangka Ekonomi Islam yang digali dari
Al-Qur’an dan Sunnah. Prinsip Ekonomi ini berfungsi sebagai pedoman dasar bagi
setiap individu dalam perilaku Ekonomi. Keberadaan prinsip dan nilai Ekonomi
Islam dua hal yang tidak dapat di pisahkan.
4.
Beberapa contoh dalam
perekonomian yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari menurut syariat
islam, diantaranya berdagang, berbisnis, dan system perbankkan menurut syariat islam.
KEPRIBADIAN MUSLIM
3.1
Simpulan
Pengertian
kepribadian menurut penulis
Kepribadian muslim dapat
diartikan sebagai identitas yang dimiliki seseorang sebagai ciri khas dari
keseluruhan tingkah laku sebagai muslim, baik yang ditampilkan dalam tingkah
laku secara lahiriah maupun batiniah.
Kepribadian muslim dapat
dilihat dari kepribadian orang perorang (individu) dan kepribadian dalam
kelompok masyarakat (ummah). kepribadian individu meliputi ciri khas seseorang
dalam sikap dan tingkah laku, serta kemampuan intelektual yang dimilikinya.
1. Membentuk nilai-nilai
islam dalam keluarga
Bentuk penerapannya adalah dengan
melaksanakan pendidikan akhlak dilingkungan rumah tangga. Langkah-langkah yang
ditempuh adalah sebagai berikut: Memberi bimbingan untuk berbuat baik terhadap
orang tua. Memlihara anak dengan kasih sayang. Memberi tuntutan akhlak kepada
anggota keluarga. Membiasakan untuk menghargai peratuaran dalam rumah tangga.
Membiasakan untuk memenuhi hak dan kewajiban antar sesame kerabat.
2. Pembentukan nilai-nilai
islam dalam hubungan social
Kegiatan pembentukan
hubungan social menurut penerapan nilai-nilai akhlak dalam pergaulan social.
Langkah-langkah pelksanaannya mencakup: Melatih diri untuk tidak melakukan
perbuatan keji dan tercela.Mempererat hubungan kerjasama,
Meningkatkan perbuatan-perbuatan yang terpuji dan member manfaat dalam
kehidupan bermasyarakat, Membina hubungan menurut tata tertib.
3. Membina nilai-nilai islam
dalam kehidupan bernegara.
Membina nilai-nilai islam
dalam kehidupan bernegara ditunjukkan untuk membentuk hubungan timbal balik
antara rakyat dengan kepala negaranya.langkah-langkah yang dilakukan meliputi:
Kepala Negara berkewajiban untuk bermusyawarah dengan rakyatnya.
karakter atau ciri pribadi
muslim :
ü
Salimul Aqidah (Aqidah yang bersih)
ü
Shahihul Ibadah (ibadah yang benar)
ü
Matinul Khuluq (akhlak yang kokoh)
ü
Qowiyyul Jismi (kekuatan jasmani)
ü
Mutsaqqoful Fikri (intelek dalam
berfikir)
ü
Mujahadatul Linafsihi (berjuang
melawan hawa nafsu)
ü
Harishun Ala Waqtihi (pandai menjaga
waktu)
ü
Munazhzhamun fi Syuunihi (teratur
dalam suatu urusan)
ü
Qodirun Alal Kasbi (memiliki
kemampuan usaha sendiri/mandiri)
ü
Nafi’un Lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain)
1. Hal-hal yang harus
dibangun pada pribadi muslim:
·
Ruhiyah (Ma’nawiyah)
·
Fikriyah (‘Aqliyah)
·
Amaliyah (Harokiyah)
2. Aspek-aspek yang terkait
dengan ma’nawiyah seseorang :
·
Aspek Aqidah.
·
Aspek akhlaq.
·
Aspek tingkah laku.
3. Hal-hal yang meliputi dalam fikrah :
·
Wawasan keislaman.
·
Pola pikir islami.
·
Disiplin (tepat) dan tetap (tsabat) dalam berislam.
4. 3 alasan orang harus
beramal :
·
Kewajiban diri pribadi.
·
Kewajiban terhadap keluarga.
·
Kewajiban terhadap dakwah.
1.
Unsur
yang melemahkan kepribadian seorang muslim
menurut
sebagian orang ada yang memandang bahwa amal perbuatan yang bertentangan dengan
Islam telah mengeluarkan seseorang dari Islam. Segala perbuatan yang berlawanan
dengan sifat seorang muslim, berarti pasti telah menghilangkan syakhshiyah
lslamiyah yang ada pada diri seorang muslim. Pandangan tersebut tidak bisa
diterima, karena pada hakekatnya bentuk tingkah laku yang salah dari seorang
muslim tidak akan menghilangkan syakhshiyah lslamiyah yang ada padanya. Hanya
saja, perbuatan seperti itu secara berangsur-angsur akan melemahkan
syakhshiyahnya. Oleh karena itu tidak dibenarkan bila dalam kondisi yang
demikian ada yang menghujat seseorang “telah keluar dari Islam” atau ada yang
mengatakan “dalam dirinya terbentuk syakhshiyah non Islam”. Ia terjatuh dalam
perbuatan maksiat, atau terkadang la malas melaksanakan perintah yang fardhu.
Atau la tidak mengetahui bila hal-hal tersebut bertentangan dengan Aqidah
ls!amiyah dan sifat-sifat khusus Syakhshiyah lslamiyah. Atau mungkin pula setan
telah merasuk dalam dirinya sehingga la melakukan amal perbuatan yang
bertentangan dengan aqidah, berlawanan dengan sifat seorang muslim atau berlawanan
dengan perintah dan larangan Allah. la melakukan semua atau sebagian dari
perbuatan itu pada saat la memeluk aqidah Islamiyah dan mengambilnya sebagai
asas bagi pemikiran serta kecenderungannya.
1.
Sebab
iltizaam menjadi lemah
Ø Dho’ful
iiman (lemahnya iman)
Iman mempunyai sifat berkurang dan bertambah. Namun dengan adanya sifat ini
bukan untuk diberi toleransi justru
sebaliknya ketika kita merasa harus selalu menjaga iman supaya tidak terlena
dengan kesia –siaan yang mengantarkan kita kepada kerugian. Iman hanya akan stabil dengan komitmen amalan sholeh
yang kita sendiri pula yang bisa merasakan. Maka sekuat apapun kita harus
menjaga untuk melakukan kebaikan (yang
menguattkan iman) dan sekuat tenaga menjauhi yang melemahkan iman. Segala yang berlebihan akan melemahkan iman bahkan
yang makruh dan yang mubah.
Ø Berkurangnya
interaksi dengan Al – Quran ( dho'fu ta'aamilu ma'alquraan)
Al quran adalah pedoman hidup (Minhaajul khayaah). Itulah kenapa
orang yang kuat interaksi dengan alquran hatinya hidup. Hidup karena dijaga
Allah. Sejuk karena Al-quran memang diciptakan sebagai pedoman. Bagaimana orang
yang berjalan dengan pedoman? Dia tidak akan tersesat karena punya pedoman
hidup. Namun bagaimana dengan orang yang tidak mempunyai pedoman hidup? Bisa
dipastikan salah alamat atau tersesat. Astaghfirullahal’adziim.
Ø Lemahnya
control /evaluasi (dho'fulmutaaba'ah)
Ø Menerima
dunia dan bergantung kepadanya (iqbaaluddunyaa wattakhalluubihaa)
Orang yang sukses dunia saja disebut orang yang khoosir (rugi ) sedangkan
orang yang sukses akhirat disebut sebagai orang yang beruntung (faaizun). Sebagai seorang muslim yang mempunyai iltizaam yang
tinggi sebaiknya bisa sukses dunia dan akhirat.
Al-Qur’an dan Al-Hadist merupakan dua acuan yang harus selalu dirujuk oleh
setiap muslim dalam segala aspek kehidupan. Satu dari sekian aspek kehidupan
yang amat penting adalah pembentukan dan pengembangan pribadi muslim. Pribadi
muslim yang dikehendaki Al-Qur’an dan Al-Hadist adalah pribadi yang saleh.
Pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh amalan nilai-nilai
yang datang dari Allah SWT.
Tsabat (kekuatan
keteguhan iman) adalah tuntutan asasi setiap muslim.
Untuk mencapai tsabat,berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah ada 15 petunjuk untuk
memelihara kekuatan dan keteguhan iman.
1. Akrab
dengan Al Qur’an.
2. Iltizam
(komitmen) terhadap syari’at Allah
3. Mempelajari
Kisah Para Nabi
4. Berdo’a
5. Dzikir
kepada Allah
6. Menempuh
Jalan Lurus
7. Menjalani
Tarbiyah
8. Meyakini
Jalan yang Ditempuh
9. Berdakwah
10. Dekat dengan Ulama
11. Meyakini
Pertolongan Allah
12. Mengetahui
Hakekat Kebatilan
13. Memiliki
Akhlak Pendukung Tsabat
14. Nasehat Orang Shalih
15. Merenungi Nikmatnya Surga
makalah saya potret islam masa kini gda softfilenya,
maaf y ! g tw nyangkut dimana tuh. tp ini subbabnya..
2.1 Islam dTimur Tengah, Barat, dan Indonesia
- Islam di Timur Tengah intinya tim teng juga ikut trmodernisasi islamna
- Islam barat mah g sesuai konsep, malah komunitas trbesar islam dsana itu g
mengenali Rasulullah sbg nabi akhir zaman
- Islam diindo intinya islamnya tuh sesuai azas
2.2 Prosfek Dunia Islam di Masa yang Akan Datang
- Islam dimasa yg akan dtg (intinya islam bkal jaya lg)
- Islam akan menyebar ke sluruh dunia dan membawa kemakmuran serta keamanan)
- Berita ttg kembalinya kkhalifahan yang berdasarkn konsep nabi
- Pengasan alquran ttg kmenangan islam ( liat attaubah ayat 9, ash-shaf ayat
61, annur ayat 24)
2.3 Islam dalam Pandangan Barat dan Non Muslim
Intinya islam teh dpt respon baiklah
Silahkan kembangkan !!
klompok 1 (Islam dan
Pendidikan )
Intinya ada pengertian, tujuan, metode, sumber
pendidikan, prinsip, media sm evaluasi
MEMBANGUN KELUARGA ISLAM
1.1
Kesimpulan
Ø Keluarga
adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat, atau suatu organisasi
bio-psiko-sosio-spiritual dimana anggota keluarga terkait dalam suatu ikatan
khusus untuk hidup bersama dalam ikatan perkawinan dan bukan ikatan yang
sifatnya statis dan membelenggu dengan saling menjaga keharmonisan hubungan
satu dengan yang lain atau hubungan silaturrahim.
Ø Keluarga
berfungsi sebagai penanaman nilai-nilai agama kepada anak agar mereka memiliki
pedoman hidup yang benar. Keluarga berkewajiban mengajar, membimbing atau
membiasakan anggotanya untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya.
Ø Pilar
dalam berkeluarga islam:
1. Iman dan
Taqwa
2. Hubungan
Yang Baik
3. Tugas
Suami
4. Tugas
Istri
Ø Ciri-ciri
keluarga islami:
1. Keluarga yg dibina di atas prinsip2
Islam; rabbani, menghormati hak dan kebebasan individu yg dikawal oleh ajaran
Islam, mengamalkan persamaan status manusia kecuali yg telah ditentukan berbeza
oleh Islam, melaksanakan keadilan, musyawarah dan mendukung perdamaian sejagat.
2. Dapat menyempurnakan rukun2
keluarga; sakinah, muwaddah dan rahmah. Rumahtangga mestilah mampu menjadi
tempat tinggal yg menenangkan, tempat membina rasa cinta dan kasih sayang
sesama keluarga dan menjadi sumber memupuk rasa belas kasihan dan
tanggungjawab.
3. Dapat memainkan peranan sebagai
institusi mendidik anak2 sehingga mereka menjadi generasi yg muttaqin, amilin,
solihin, muslihin dan layak memikul tugas sebagai hamba Allah.
4. Dapat memenuhi objektif perkawinan:
·
Untuk memenuhi tuntutan kepuasan naluri seksual sebagai satu
cara yg dapat mengurangkan ketegangan saraf yg mengesani ketenangan jiwa dan
emosi manusia.
·
Untuk menjamin pembiakan keturunan manusia secara yg sah
daripada sudut agama dan undang2 serta mulia dari sudut pandangan masyarakat
manusia yg normal.
·
Menentukan supaya keturunan manusia dapat disahkan, memelihara
status rumahtangga, hubungan keakraban yg harmoni, erat dan mesra.
·
Menjamin keredhaan, rahmat dan restu Allah dalam kehidupan
di dunia dan akhirat.
Ø Untuk
mengetahui cara membina keluarga dalam
Islam.
Ø Langkah-langkah
menuju keluarga islami.
1. Mempunyai perhatian dan menuntut
ilmu agama yang benar
2. Memberikan perhatian pada
pelaksanaan ibadah kepada Alloh secara benar dengan berbagai macamnya
3. Berusaha meningkatkn keimanan dengan
:
· Shalat malam
· Selalu membaca Alquran dan tafsirnya
· Menghafal dan berdzikir sesuai dngan
waktu dan kesempaan
· Bersedekah
· Membaca buku Islam yg benar
· Menhadiri kajian ilmu yang benar
· Memilih teman dekat yg baik dan
paham agama
· Menolak keburukan dan menutup jalan
dengan menjauhkan istri atau suami dari teman2 dan tempat yg buruk.
4. Untuk
mengetahui keluarga dalam pandangan islam.
5. Untuk
mengetahui pengertian Sakinah, Mawaddah, dan Warahmah.
6. Untuk
mengetahui ciri-ciri keluarga sakinah, Mawaddah, warahmah.
7. Untuk
mengetahui cara/upaya menciptakan keluarga sakinah, mawaddah, warahmah.
Ø Keluarga dlm pandangan Islam
memiliki nilai yg tdk kecil. Bahkan Islam menaruh perhatian besar terhadap
kehidupan keluarga dgn meletakkan kaidah-kaidah yg arif guna memelihara
kehidupan keluarga dari ketidakharmonisan dan kehancuran. Kenapa demikian besar
perhatian Islam? Karena tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga adl batu bata
pertama utk membangun istana masyarakat muslim dan merupakan madrasah iman yg
diharapkan dapat mencetak generasi-generasi muslim yg mampu meninggikan kalimat
Allah di muka bumi.
Ø Keluarga
sakinah mawaddah warahmah adalah keluarga yang semua anggota keluarganya
merasakan cinta kasih, siap berkorban untuk menafkahi dan melayani dan siap
melindungi kepada yang dicintai.
Ø Upaya-upaya
menciptakan keluarga Sakinah, Mawadah, Warahmah
a.
Rumah Tangga Didirikan
Berlandaskan Al-Quran Dan Sunnah
b. Rumah
Tangga Berasaskan Kasih Sayang (Mawaddah Warahmah)
c.
Mengetahui Peraturan
Berumahtangga
d. Menghormati
dan Mengasihi Kedua Ibu Bapak
e.
Menjaga Hubungan Kerabat dan Ipar
Ø Upaya
Menciptakan Sakinah, Mawaddah, Warahmah
1. Memilih kriteria calon suami atau
istri dengan tepat
2. Dalam keluarga harus ada mawaddah
dan rahmah
3. Saling mengerti antara suami-istri
4. Saling menerima
5. Saling
menghargai
6. Saling
mempercayai
7. Suami-istri harus menjalankan
kewajibanya masing-masing
8. Suami istri harus menghindari
pertikaian
9. Hubungan antara suami istri harus
atas dasar saling membutuhkan
10. Suami istri harus senantiasa menjaga
makanan yang halal
11. Suami istri harus menjaga aqidah
yang benar
KELOMPOK EVA
Tak seorangpun bisa menjamin dirinya akan
tetap terus berada dalam keimanan sehingga meninggal dalam keadaan khusnul
khatimah. Untuk itu kita perlu merawat bahkan senantiasa berusaha menguatkan
keimanan kita. Tulisan ini insya’allah membantu kita dalam usaha mulia itu.
Tsabat (kekuatan keteguhan iman) adalah tuntutan asasi setiap muslim.
Karena itu tema ini penting dibahas. Ada beberapa alasan mengapa tema ini
begitu sangat perlu mendapat perhatian serius.
Pertama
Pada zaman ini kaum muslimin hidup di tengah
berbagai macam fitnah, syahwat dan syubhat dan hal-hal itu sangat berpotensi
menggerogoti iman. Maka kekuatan iman merupakan kebutuhan muthlak, bahkan lebih
dibutuhkan dibanding pada masa generasi sahabat, karena kerusakan manusia di
segala bidang telah menjadi fenomena umum.
Kedua
Banyak terjadi pemurtadan dan konversi
(perpindahan) agama. Jika pada awal kemerdekaan jumlah umat Islam di Indonesia
mencapai 90 % maka saat ini jumlah itu telah berkurang hampir 5%. Ini tentu
menimbulkan kekhawatiran mendalam. Untuk menga-tasinya diperlukan jalan keluar,
sehingga setiap muslim tetap memiliki kekuatan iman.
Ketiga
Pembahasan masalah tsabat berkait erat dengan
masalah hati. Padahal Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: “Dinamakan
hati karena ia (selalu) berbolak-balik. Perumpamaan hati itu bagaikan bulu yang
ada di pucuk pohon yang diombang-ambingkan oleh angin.” (HR. Ahmad, Shahihul
Jami’ no. 2361)
Maka, mengukuhkan hati yang senantiasa
berbolak-balik itu dibutuhkan usaha keras, agar hati tetap teguh dalam
keimanan.
Dan sungguh Allah Maha Rahman dan Rahim
kepada hambaNya. Melalui Al Qur’an dan Sunnah RasulNya Ia memberikan petunjuk
bagaimana cara mencapai tsabat.
Berikut ini penjelasan 15 petunjuk
berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah untuk memelihara kekuatan dan keteguhan iman
kita.
1.
Akrab
dengan Al Qur’an
Al Qur’an merupakan petunjuk utama
mencapai tsabat. Al Qur’an adalah tali penghubung yang amat kokoh antara hamba
dengan Rabbnya. Siapa akrab dan berpegang teguh dengan Al Qur’an niscaya Allah
memeliharanya; siapa mengikuti Al Qur’an, niscaya Allah menyelamatkannya; dan
siapa yang mendakwahkan Al Qur’an, niscaya Allah menunjukinya ke jalan yang
lurus. Dalam hal ini Allah berfirman:
وَقالَ
الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلا نُزّلَ عَلَـيْهِ القُرآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذلكَ لِنُثَبِّتَ
بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْناه تَرْتِـيلاً
“Orang-orang kafir berkata, mengapa Al
Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja? Demikianlah supaya Kami
teguhkan hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan
benar).” (Al Furqan: 32-33)
Beberapa alasan mengapa Al Qur’an
dijadikan sebagai sumber utama mencapai tsabat adalah: Pertama, Al Qur’an
menanamkan keimanan dan mensucikan jiwa seseorang, karena melalui Al Qur’an,
hubungan kepada Allah menjadi sangat dekat. Kedua, ayat-ayat Al Qur’an
diturunkan sebagai penentram hati, menjadi penyejuk dan penyelamat hati orang
beriman sekaligus benteng dari hempasan berbagai badai fitnah. Ketiga, Al
Qur’an menunjukkan konsepsi serta nilai-nilai yang dijamin kebenarannya. Karena
itu, seorang mukmin akan menjadikan Al Qur’an sebagai ukuran kebenaran.
Keempat, Al Qur’an menjawab berbagai tuduhan orang-orang kafir, munafik dan
musuh Islam lainnya. Seperti ketika orang-orang musyrik berkata, Muhammad
ditinggalkan Rabbnya, maka turunlah ayat:
ما
وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَما قَلى. وقيل: وَما قَلى ومعناه: وما قلاك، اكتفاء بفهم السامع
ما وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَما قَلى
وهذا
جواب القسم، ومعناه: ما تركك يا محمد ربك وما أبغضك
.لمعناه،
“Rabbmu
tidaklah meninggalkan kamu dan tidak (pula) benci kepadamu.” (Adl Dluha: 3)
(Tafsir Al Thobary) Orang yang akrab dengan Al Qur’an akan menyandarkan semua
perihalnya kepada Al Qur’an dan tidak kepada perkataan manusia. Maka, betapa agung
sekiranya penuntut ilmu dalam segala disiplinnya menjadikan Al Qur’an berikut
tafsirnya sebagai obyek utama kegiatannya menuntut ilmu.
2.
Iltizam
(komitmen) terhadap syari’at Allah
Allah berfirman:
يُثَبِّتُ
اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي
الْآَخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang
beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akherat.
Dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim. Dan Allah berbuat apa saja yang
Ia kehendaki.” (Ibrahim: 27)
Yg si maksud dg Al Qoulu al Tsabit adalah
bacaan Syahadatain dalam Dunia, dan kelak di alam Barzah mampu menjawab
pertanyaan2 Malaikat Munkar dan Nakir.
Di ayat lain Allah menjelaskan jalan
mencapai tsabat yang dimaksud.
وَلَوْ
أَنَّا كَتَبْنَا عَلَيْهِمْ أَنِ اقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ أَوِ اخْرُجُوا مِنْ دِيَارِكُمْ
مَا فَعَلُوهُ إِلَّا قَلِيلٌ مِنْهُمْ وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوا مَا يُوعَظُونَ بِهِ
لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيتًا
“Dan
sesungguhnya kalau mereka melaksanakan yg di wajibkan atas mereka untuk
membunuh diri kamu sendiri atau Keluar dari Negri Kamu (seperti yg telah di
perintahkan Oleh Allah kepada Bani Israil atas kesalahannya menyembah Anak
lembu Emas), tidaklah mereka (Kaum Munafiqin) mengerjakannya kecuali sedikit
dari mereka, Jikalau mereka melaksanakannya tentulah hal demikian itu lebih
baik bagi mereka dan lebih meneguhkan (hati mereka di atas kebenaran).” (An
Nisa’: 66)
Ayat di atas adalah Kritik pedas bagi
Orang2 Munafiq yg enggan melaksanakan Perintah Allah, yg pada waktu itu menurut
Sayyidina Ibnu ‘Abbas adalah ثابت بن قيس بن شماس الأنصاري dalam Riwayat lain
Rosulullah sendiri mengatakan Jika Perintah tersebut benar2 turun, maka ابن أم عبد
adalah yg termasuk di dalamnya (lihat Tafsir Ibnu Katsir) maka ketika itu
Sayyiduna Abu Bakar berkata:
يا رسول الله، والله لو أمرتني أن أقتل نفسي
لفعلت، قال: “صدقت يا أبا بكر”.
“Wahai Rosulullah, Demi Allah andai Tuan
memerintahkan kepadaku untuk bunuh dirri maka aku laksanakan, Berkata
Rosulullah Shollallahu ‘alai wa Sallam: Engkau benar wahai Abu Bakar” (Tafsir
Ibnu Katsir juz 2 hal 533).
Maka jelas sekali, sangat mustahil
orang-orang yang malas berbuat kebaikan dan amal shaleh diharapkan memiliki
keteguhan iman. Karena itu, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam senantiasa
melakukan amal shaleh secara kontinyu, sekalipun amalan itu sedikit, demikian
pula halnya dengan para sahabat. Komitmen untuk senantiasa menjalankan syariat
Islam akan membentuk kepribadian yang tangguh, dan iman pun menjadi teguh.
3.
Mempelajari
Kisah Para Nabi
Mempelajari kisah dan sejarah itu penting.
Apatah lagi sejarah para Nabi. Ia bahkan bisa menguatkan iman seseorang. Secara
khusus Allah menyinggung masalah ini dalam firman-Nya: “Dan Kami ceritakan
kepadamu kisah-kisah para rasul agar dengannya Kami teguhkan hatimu dan dalam
surat ini telah datang kepadamu kebenaran , pengajaran dan peringatan bagi
orang-orang yang beriman.” (Hud: 120)
Sebagai contoh, marilah kita renungkan
kisah Nabi Ibrahim Alaihis Salam yang diberitakan dalam Al Qur’an:
(68) قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا
عَلَى إِبْرَاهِيمَ
(70)قَالُوا
حَرِّقُوهُ وَانْصُرُوا آَلِهَتَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ (69) وَأَرَادُوا بِهِ
كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الْأَخْسَرِينَ
“Mereka berkata, bakarlah dia dan bantulah
tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak. Kami berfirman, hai
api menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim. Mereka hendak
berbuat makar terhadap Ibrahim maka Kami jadikan mereka itu orang-orang yang
paling merugi.” (Al Anbiya’: 68-70)
Bukankah hati kita akan bergetar saat
merenungi kronologi pembakaran nabi Ibrahim sehingga ia selamat atas izin
Allah? Dan bukankah dengan demikian akan membuahkan keteguh-an iman kita? Lalu,
kisah nabi Musa Alaihis Salam yang tegar menghadapi kezhaliman Fir’aun demi
menegakkan agama Allah.
Kita juga akan terkenang dg Peristiwa
Keteguhan Iman Nabiyullah Ibrahim dan Ismail ‘alihimassalam ketika mendapatkan
perintah untuk di sembelih.
Tak sedikit umat Islam sudah merasa tak
punya jalan karena kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan misalnya, sehingga
mau saja saat diajak kolusi dan berbagai praktek syubhat lain oleh koleganya.
Lalu mereka mencari-cari alasan mengabsahkan tindakannya yang keliru. Dan
bukankah karena takut gertakan penguasa yang tiranik lalu banyak di antara umat
Islam (termasuk ulamanya) yang menjadi tuli, buta dan bisu sehingga tidak
melakukan amar ma’ruf nahi mungkar? Bahkan sebaliknya malah bergabung dan
bersekongkol serta melegitimasi status quo (menganggap yang ada sudah baik dan
tak perlu diubah).
Bukankah dengan mempelajari kisah-kisah
Nabi yang penuh dengan perjuangan menegakkan dan meneguhkan iman itu kita
menjadi malu kepada diri sendiri dan kepada Allah? Kita mengharap Surga tetapi
banyak hal dari perilaku kita yang menjauhinya. Mudah-mudahan Allah menunjuki
kita ke jalan yang diridhaiNya.
4.
Berdo’a
Di antara sifat hamba-hamba Allah yang
beriman adalah mereka memohon kepada Allah agar diberi keteguhan iman, seperti
do’a yang tertulis dalam firmanNya:
رَبَّنَا
لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً
إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“Ya Rabb, janganlah Engkau jadikan hati
kami condong kepada kesesatan setelah Engkau beri petunjuk kepada kami.” (Ali
Imran:
وَلَمَّا
بَرَزُوا لِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالُوا رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ
أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
“Ya Rabb kami, berilah kesabaran atas diri
kami dan teguhkanlah pendirian kami serta tolonglah kami dari orang-orang
kafir.” (Al Baqarah: 250)
Agar hati tetap teguh maka Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam banyak memanjatkan do’a berikut ini terutama pada
waktu duduk takhiyat akhir dalam shalat.
“Wahai (Allah) yang membolak-balikkan hati,
teguhkanlah hatiku pada din-Mu.” (HR. Turmudzi)
Banyak lagi do’a-do’a lain tuntunan Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam agar kita mendapat keteguhan iman. Mudah-mudahan
kita senantiasa tergerak hati untuk berdo’a utamanya agar iman kita diteguhkan
saat menghadapi berbagai ujian kehidupan.
5.
Dzikir
kepada Allah
Dzikir kepada Allah merupakan amalan yang
paling ampuh untuk mencapai tsabat. Karena pentingnya amalan dzikir maka Allah
memadukan antara dzikir dan jihad, sebagaimana tersebut dalam firmanNya: “Hai orang-orang
yang beriman, bila kamu memerangi pasukan (musuh) maka berteguh-hatilah kamu
dan dzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya.” (Al Anfal: 45)
Dalam ayat tersebut, Allah menjadikan
dzikrullah sebagai amalan yang amat baik untuk mencapai tsabat dalam jihad.
Ingatlah Yusuf Alaihis Salam ! Dengan apa
ia memohon bantuan untuk mencapai tsabat ketika menghadapi fitnah rayuan
seorang wanita cantik dan berkedudukan tinggi? Bukankah dia berlindung dengan
kalimat ma’adzallah (aku berlindung kepada Allah), lantas gejolak syahwatnya
reda?
Demikianlah pengaruh dzikrullah dalam
memberikan keteguhan iman kepada orang-orang yang beriman.
6.
Menempuh
Jalan Lurus
Allah berfirman: “Dan bahwa (yang Kami
perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia dan jangan
mengikuti jalan-jalan (lain) sehingga menceraiberaikan kamu dari jalanNya.” (Al
An’am: 153)
Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam mensinyalir bahwa umatnya bakal terpecah-belah menjadi 73 golongan,
semuanya masuk Neraka kecuali hanya satu golongan yang selamat
(HR. Ahmad, hasan)
Dari sini kita mengetahui, tidak setiap
orang yang mengaku muslim mesti berada di jalan yang benar. Rentang waktu 14
abad dari datangnya Islam cukup banyak membuat terkotak-kotaknya pemahaman
keagamaan. Lalu, jalan manakah yang selamat dan benar itu? Dan, pemahaman
siapakah yang mesti kita ikuti dalam praktek keberaga-maan kita? Berdasarkan
banyak keterangan ayat dan hadits , jalan yang benar dan selamat itu adalah
jalan Allah dan RasulNya. Sedangkan pemahaman agama yang autentik kebenarannya
adalah pemahaman berdasarkan keterangan Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam
kepada para sahabatnya. (HR. Turmudzi, hasan).
Itulah yang mesti kita ikuti, tidak
penafsiran-penafsiran agama berdasarkan akal manusia yang tingkat kedalaman dan
kecerdasannya majemuk dan terbatas. Tradisi pemahaman itu selanjutnya dirawat
oleh para tabi’in dan para imam shalihin/ Imam Madlhab. Paham keagamaan inilah
yang dalam terminologi (istilah) Islam selanjutnya dikenal dengan paham Ahlus
Sunnah wal Jamaah . Atau sebagian menyebutnya dengan pemahaman para salafus
shalih.
Orang yang telah mengikuti paham Ahlus
Sunnah wal Jamaah akan tegar dalam menghadapi berbagai keanekaragaman paham,
sebab mereka telah yakin akan kebenaran yang diikutinya. Berbeda dengan orang
yang berada di luar Ahlus Sunnah wal Jamaah, mereka akan senantiasa bingung dan
ragu. Berpindah dari kegoncangan Aqidah kea rah Pentasybihan dan Tajsim, dalam
satu kesempatan slogan yg Ia dengungkan adalah “Kembali kepada Al Qurandan
Hadist yg Sahih”, sedangkan Hadist itu sendiri telah di upayakan untuk di
Bonsai dalam Pot Pot Kepentingan Iri dan Dengki.Penafsiran Al Quranpun lebih
cenderung ke Arah Tekstual tanpa memandang Otoritas ‘Ulama yg telah di akui
dalam akademi Keilmuannya.
7.
Menjalani
Tarbiyah
Tarbiyah (pendidikan) yang semestinya
dilalui oleh setiap muslim cukup banyak. Paling tidak ada empat macam :
a) Tarbiyah
Imaniyah
yaitu pendidikan untuk menghidupkan hati
agar memiliki rasa khauf (takut), raja’ (pengharapan) dan mahabbah (kecintaan)
kepada Allah serta untuk menghilangkan kekeringan hati yang disebabkan oleh
jauhnya dari Al Qur’an dan Sunnah. Para Mursyid yg telah Kenyang dg pola
Kejiwaan akan lebih bijak dalam menanmkan Pembelajaran dan Rasa sebagai Hamba
terhadap Tuhannya.
b) Tarbiyah
Ilmiyah
Ialah sebuah metode Pembelajaran dalam
memahami Ilmu2 Agama yg di mulai dari jenjang yg paling rendah, bertahap dan
berproses dg di sertai Fan Fan yg mendukung kearah Pemahaman yg tidak hanya
bersifat Doktrinal. Tidak sebuah Doktrin Instan dari Hasil Terjemah2 yg tidak
bisa di ganggu gugat keabsahannya.
c) Tarbiyah
Wa’iyah
yaitu pendidikan untuk mempelajari siasat
orang-orang jahat, langkah dan strategi musuh Islam serta fakta dari berbagai
peristiwa yang terjadi berdasarkan ilmu dan pemahaman yang benar. Dg ini
seseorang akan peka dalam menyikapi perkembangan Sosial yg ada.
d) Tarbiyah
Mutadarrijah
yaitu pendidikan bertahap, yang membimbing
seorang muslim setingkat demi setingkat menuju kesempurnaannya, dengan program
dan perencanaan yang matang. Bukan tarbiyah yang dilakukan dengan terburu-buru
dan asal jalan.
Itulah beberapa tarbiyah yang diberikan
Rasul kepada para sahabatnya. Berbagai tarbiyah itu menjadikan para sahabat
memiliki iman baja, bahkan membentuk mereka menjadi generasi terbaik sepanjang
masa.
8.
Meyakini
Jalan yang Ditempuh
Tak dipungkiri bahwa seorang muslim yang
bertambah keyakinannya terhadap jalan yang ditempuh yaitu Ahlus Sunnah wal
Jamaah maka bertambah pula tsabat (keteguhan iman) nya. Adapun di antara usaha
yang dapat kita lakukan untuk mencapai keyakinan kokoh terhadap jalan hidup
yang kita tempuh adalah:
Pertama, kita harus yakin bahwa jalan
lurus yang kita tempuh itu adalah jalan para nabi, shiddiqien, ulama, syuhada
dan orang-orang shalih.
Kedua, kita harus merasa sebagai
orang-orang terpilih karena kebenaran yang kita pegang, sebagai-mana firman
Allah: “Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hambaNya yang Ia
pilih.” (QS. 27: 59)
Bagaimana perasaan kita seandainya Allah
menciptakan kita sebagai benda mati, binatang, orang kafir, penyeru bid’ah,
orang fasik, orang Islam yang tidak mau berdakwah atau da’i yang sesat?
Mudah-mudahan kita berada dalam keyakinan yang benar yakni sebagai Ahlus Sunnah
wal Jamaah yang sesungguhnya.
9.
Berdakwah
Jika tidak digerakkan, jiwa seseorang
tentu akan rusak. Untuk menggerakkan jiwa maka perlu dicarikan medan yang
tepat. Di antara medan pergerakan yang paling agung adalah berdakwah. Dan
berdakwah merupakan tugas para rasul untuk membebaskan manusia dari adzab
Allah.
Maka tidak benar jika dikatakan, fulan itu
tidak ada perubahan. Jiwa manusia, bila tidak disibukkan oleh ketaatan maka
dapat dipastikan akan disibukkan oleh kemaksiatan. Sebab, iman itu bisa
bertambah dan berkurang.
Jika seorang da’i menghadapi berbagai
tantangan dari ahlul bathil dalam perjalanan dakwahnya, tetapi ia tetap terus
berdakwah maka Allah akan semakin menambah dan mengokohkan keimanannya.
10.
Dekat
dengan Ulama
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
bersabda: “Di antara manusia ada orang-orang yang menjadi kunci kebaikan dan
penutup kejahatan.” (HR. Ibnu Majah, no. 237, hasan)
Senantiasa bergaul dengan ulama akan
semakin menguatkan iman seseorang. Tercatat dalam sejarah bahwa berbagai fitnah
telah terjadi dan menimpa kaum muslimin, lalu Allah meneguhkan iman kaum
muslimin melalui ulama. Di antaranya seperti diutarakan Ali bin Al Madini
Rahimahullah: “Di hari riddah (pemurtadan) Allah telah memuliakan din ini
dengan Abu Bakar dan di hari mihnah (ujian) dengan Imam Ahmad.”
Bila mengalami kegundahan dan problem yang
dahsyat Ibnul Qayyim mendatangi Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah untuk mendengarkan
berbagai nasehatnya. Sertamerta kegundahannya pun hilang berganti dengan
kelapangan dan keteguhan iman ( Al Wabilush Shaib, hal. 97).
11.
Meyakini
Pertolongan Allah
Mungkin pernah terjadi, seseorang tertimpa
musibah dan meminta pertolongan Allah, tetapi pertolongan yang ditunggu-tunggu
itu tidak kunjung datang, bahkan yang dialaminya hanya bencana dan ujian. Dalam
keadaan seperti ini manusia banyak membutuh-kan tsabat agar tidak berputus asa.
Allah berfirman: Dan berapa banyak nabi yang berperang yang diikuti oleh
sejumlah besar pengikutnya yang bertaqwa, mereka tidak menjadi lemah karena
bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, tidak lesu dan tidak pula menyerah
(kepada musuh). Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada do’a
mereka selain ucapan, Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan
tindakan-tindakan kami yang berlebihan dalam urusan kami. Tetapkanlah pendirian
kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir. Karena itu Allah memberikan
kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akherat. ” (Ali Imran:
146-148)
12.
Mengetahui
Hakekat Kebatilan
Allah berfirman: “Janganlah sekali-kali
kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir yang bergerak dalam negeri .”
(Ali Imran: 196)
“Dan demikianlah Kami terang-kan ayat-ayat
Al Qur’an (supaya jelas jalan orang-orang shaleh) dan supaya jelas (pula) jalan
orang-orang yang berbuat jahat (musuh-musuh Islam).”
(Al
An’am: 55)
“Dan Katakanlah, yang benar telah datang
dan yang batil telah sirna, sesungguhnya yang batil itu pastilah lenyap.” (Al
Isra’: 81)
Berbagai keterangan ayat di atas sungguh
menentramkan hati setiap orang beriman. Mengetahui bahwa kebatilan akan sirna
dan kebenaran akan menang akan mengukuhkan seseorang untuk tetap teguh berada
dalam keimanannya.
13.
Memiliki
Akhlak Pendukung Tsabat
Akhlak pendukung tsabat yang utama adalah
sabar. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam:”Tidak ada suatu
pemberian yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada
kesabar-an.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Tanpa kesabaran iman yang kita miliki akan
mudah terombang-ambingkan oleh berbagai musibah dan ujian. Karena itu, sabar
termasuk senjata utama mencapai tsabat.
14.
Nasehat
Orang Shalih
Nasehat para shalihin sungguh amat penting
artinya bagi keteguhan iman. Karena itu, dalam segala tindakan yang akan kita
lakukan hendaklah kita sering-sering meminta nasehat mereka. Kita perlu meminta
nasehat orang-orang shalih saat mengalami berbagai ujian, saat diberi jabatan,
saat mendapat rezki yang banyak dan lain-lain.
Bahkan seorang sekaliber Imam Ahmad pun,
beliau masih perlu mendapat nasehat saat menghadapi ujian berat oleh intimidasi
penguasa yang tiranik. Bagaimana pula halnya dengan kita?
15.
Merenungi
Nikmatnya Surga
Surga adalah tempat yang penuh dengan
kenikmatan, kegembiraan dan suka-cita. Ke sanalah tujuan pengembaraan kaum
muslimin.
Orang yang meyakini adanya pahala dan
Surga niscaya akan mudah menghadapi berbagai kesulitan. Mudah pula baginya
untuk tetap tsabat dalam keteguhan dan kekuatan imannya.
Dalam meneguhkan iman para sahabat,
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sering mengingatkan mereka dengan
kenikmatan Surga. Ketika melewati Yasir, istri dan anaknya Ammar yang sedang
disiksa oleh kaum musyrikin beliau mengatakan: “Bersabarlah wahai keluarga
Yasir, tempat kalian nanti adalah Surga”. (HR. Al Hakim/III/383, hasan shahih)
Mudah-mudahan kita bisa merawat dan
terus-menerus meneguhkan keimanan kita sehingga Allah menjadikan kita khusnul
khatimah. Amin.
SOLUSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KONTENPORER
1.1 Kesimpulan
1.
Pendidikan
Agama islam kontempoler di lingkungan keluarga adalah Pemberian
pendidikan yang di lakukan oleh orang tua berdasarkan nilai-nilai Islami
bersumber pada Al-Qur’an, Al-sunnah dan hasil ijtihad pakar pendidikan Islam
yang berorientasi kekinian selaras dengan kemajuan ilmu dan teknologi modern
serta kebutuhan dan tuntutan masyarakat saat ini. Ploblematika Pendidikan agama islam di keluarga adalah
kurangnya bimbingan orang tua, dan kesalahan mendidiknya, sehingga orang tua
memberi kebebasan sehingga anak terjatuh pada jurang kemaksiatan.Solusinya
yaitu, orang tua seharusnya memberikan pendidikan yang baik kepada
anak-anaknya,dan orang tua harus pandai dan tepat memberikan kasih sayang
kepada anaknya jangan kurang dan jangan berlebihan.
2. Pendidikan
Agama Islam di sekolah adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar memahami
ajaran Islam , terampil melakukan atau mempraktekkan ajaran Islam, dan
mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Problematika pendidikan
agama secara umum hanya mengedepankan aspek
kognitif atau hasil pencapaian akhir terhadap suatu mata pelajaran.
Solusi problematika disekolah dengan cara menambah jam pelajaran agama yang
diberikan diluar jam pelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
3. Masyarakat adalah sekumpulan orang yang saling
berinterksi satu dengan yang lainnya yang terdiri lebih dari satu kelompok atau
golongan yang saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lainnya.
Problematika pendidikan Islam dibedakan menjadi 2 sumber
internal dan eksternal. Sumber internal yang berasal dari dalam madrasah
meliputi manajemen madrasah, SDM yang kurang, dll. Sedangkan pada eksternal
yang berasal dari luar meliputi kebijakan pemerintah yang dikotomik dan
paradigma yang negatif oleh masyarakat terhadap madrasah. Solusi pendidikan
islam kontemporer di masyarakat
diharapkan tidak terbawa oleh pergaulan-pergaulan yang berada di luar yang
negatif dengan memperkuat aqidah pada diri kita dan dapat menjadi masyarakt
yang taat pada aturan islam.